SILATURRAHIM
Kata silaturrahim mungkin sangat akrab ditelinga kita, ‘dia’ bermakna ‘menyambung kasih sayang’. Memang kadang-kadang makna suci silaturrahim diplesetkan secara bahasa menjadi silaturrahmi atau disimpangkan dari sisi muatan dan hakikatnya. Sesungguhnya ‘dia’ adalah panggilan keimanan kepada Allah, Rasul, perwujudan semangat habluminallah (hubungan dengan Allah) dan hambluminanaas (hubungan dengan sesama manusia). Dia akan mampu menjadi kekuatan ummat dalam menghadapi kendala dan tantangan keummatan jika memang di manage secara benar. Agenda silaturrahim banyak dipergunakan manusia untuk lobby urusan politik, bisnis, pengerahan massa, memperpanjang garis keturunan, bias dilakukan oleh sang anak ke orang tuanya, ke rekan bisnis, satu kolega, ke teman seprofesi dan sebagainya. Banyak orang rela menempu jarak berkilometer bahkan berhari-hari untuk melakukan silaturrahim tapi silaturrahim juga bisa dilakukan dengan jarak yang sangat dekat yaitu dengan tetangga kita. Ingat silaturrahim itu tidak hanya temu secara fisik , sebaiknya dia dibingkai dengan muatan misi fikriyah, muatan tarbiyah atau hanya sekedar bash basho (obrolan ringan dalam koridor kebenaran), dan yang pasti silaturrahim harus dibingkai oleh semangat kejujuran. Kejujuran dalam kata-kata, kejujuran dalam sikap dan kejujuran dalam memberi dan menerima buah silaturrahim. Kita harus akui misalnya amanah kejujuran dalam silaturrahim tercermin dalam kata-kata Rasul agar kita tetap melaksanakan silaturrahim dengan orang-orang yang dicintai oleh orang tua kita yang menhadap sang Khalik terlebih dahulu. Kesimpulannya silaturrahim penting baik skala pribadi maupun skala ummat serta skala kemanusiaan , jangan sampai diputussss. … wallahu’alam bish-showab.